January 07, 2012

Dari Ji'ranah Kita Belajar tentang Kecewa


Di Ji'ranah hari itu ada kecewa. Ada kebijakan Rasulullah yang tak dipahami. Sangat manusiawi kelihatannya. Orang-orang Anshar merasa disisihkan selepas perang Hunain yang menggemparkan. Mereka telah berjuang total. Mereka berperang di sisi Rasul dengan penuh kecintaan. Tapi, harta rampasan perang lebih banyak dibagikan pada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya. Sementara pada mereka, seakan hanya memperoleh sisa.

Padahal, semua orang tahu, sebagaimana Rasul pun juga mengetahuinya: merekalah yang berjuang dengan sepenuh iman ketika orang-orang Quraisy dan kabilah Arab itu lari tunggang langgang pada serangan pertama pasukan Malik bin Auf An-Nashry. Maka, hari itu di Ji'ranah, ada yang kasak-kusuk, "Demi Allah, Rasulullah saw telah bertemu kaumnya sendiri!" Kalimat itu jelas sarat kekecewaan.

Hari itu juga utusan Anshar, Sa'd bin Ubadah menemui Sang Rasul. Hatinya gusar. Ia ingin segera sampaikan apa yang dirasakan sahabat Anshar pada beliau. Ada yang mengganjal di hati, tapi (mungkin) mereka anggap tak layak untuk disampaikan. Sa'd bin Ubadahlah yang memberanikan diri. "Ya Rasulullah, dalam diri kaum Anshar ada perasaan mengganjal terhadap engkau, perkara pembagian harta rampasan perang. Engkau membagikannya pada kaummu sendiri dan membagikan bagian yang teramat besar pada kabilah Arab, sementara orang-orang Anshar tidak mendapat bagian apap pun."

Kita menangkap protes itu disampaikan dengan lugas tapi tetap santun. Ada kecewa tapi iman mereka mencegahnya dari sikap yang merendahkan. Ada ganjal di hati, tapi bukan amarah tak terkendali.

"Lalu, kamu sendiri bagaimana Sa'd?" tanya Sang Rasul.
"Wahai Rasulullah, aku tidak punya pilihan lain, selain harus bersama kaumku." Jawab Sa'd menjelaskan perasaannya. Jujur. Apa adanya. Ia tidak menutup-nutupi bahwa dirinya juga kecewa. Rasulullah lalu meminta mengumpulkan semua orang Anshar. Pada mereka Rasul menenangkan.

"Bukankah dulu aku datang dan kudapati kalian dalam kesesatan, lalu Allah berikan kalian petunjuk? Bukankah dulu saat aku datang kalian saling bertikai, lalu Allah menyatukan hati kalian? Bukankah dulu saat aku datang, kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah mengayakan kalian?" Orang-orang Anshar itu membenarkan. Mereka memang sedang dilanda kecewa, tapi lihatlah betapa mereka memilih diam, dan tidak balik menyerang dengan kata-kata dan argumentasi yang dapat diungkapkan. Disebabkan iman sematalah mereka bersikap hormat pada Sang Rasul, meski mereka teramat kecewa. Saya bayangkan hari itu di Ji'ranah. Para sahabat yang mengelilingi Rasulullah.

"Demi Allah, jika kalian mau kalian bisa mengatakan, 'Engkau dulu datang kepada kami dalam keadaan didustakan, lalu kami membenarkan. Engkau dulu datang kepada kami dalam keadaan lemah, lalu kami menolongmu. Engkau dulu datang kepada kami dalam keadaan terusir, lalu kami memberikan tempat. Engkau dulu datang kepada kami dalam keadaan miskin, lalu kami yang menampungmu." Saya bayangkan Rasul yang mulia menghela nafas sejenak. Dapat kita rasakan kata-kata itu menggetarkan dada orang-orang yang diliputi iman itu. Saya bayangkan tempat itu mendadak senyap, kecuali suara Rasulullah yang teduh. Beberapa sahabat mulai menitikkan airmata.

"Apakah ada hasrat di hati kalian pada dunia?" tanya Rasulullah tanpa susulan jawab dari para sahabat. "Padahal, dengan dunia itu aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam." Rasul mulai menjelaskan alasan kebijakannya. Saya bayangkan para sahabat Anshar yang mengangguk paham dalam diam. "Sedangkan terkait keimanan kalian, aku sudah teramat percaya."

Kata-kata itu begitu dalam dan jujur. Tetes airmata tak kuasa lagi ditahan. Terlebih ketika Rasulullah melanjutkan, "Apakah kalian tidak berkenan di hati jika orang-orang lain pergi membawa onta dan domba, sementara kalian pulang bersama Rasul Allah?"
Sebuah perbandingan yang kontras. Kesadaran itu hadir tidak tiba-tiba. Tangis para sahabat meledak. Jika bukan karena iman, kekuatan apa yang mampu menghadirkan kesadaran setelah kekecewaan? Sungguh, iman merekalah yang menyebabkan semua itu terjadi.

Kisah di atas teramat panjang. Dari dalamnya kita belajar bagaimana dalam komunitas kebaikan sekalipun, kekecewaan itu nyaris tak dapat dielakkan. Setiap kita mungkin pernah kecewa. Sebabnya bisa bermacam-macam. Tapi sebagiannya karena kita tak persepaham dengan orang lain; apakah kelakuannya, kebijakannya, pernyataannya, perhatiannya, atau apapun. Kita pun bisa kecewa karena merasa tidak mendapat dukungan yang memadai.

Astaghfirullah...

Di dalam bilik-bilik rumah bisa lahir kekecewaan. Suami kecewa pada istri atau sebaliknya, istri kecewa dengan suami. Dalam organisasi dakwah, kekecewaan bisa juga muncul. Di ruang-ruang kerja, kekecewaan dapat juga timbul. Di manapun ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kekecewaan bisa hadir tiba-tiba. Hanya kekuatan imanlah yang mampu menjaga kita dari penyikapan yang salah saat kecewa. Sebagian di antaranya menyikap dengan ngambek serta 'mutung.' Sebagian yang lain menyikapi dengan cara-cara yang lebih arif dan bijak.

Jika kecewa datang menggerogoti, periksalah kekuatan iman kita. Periksa pula niat-niat kita dalam beramal dan beraktivitas. Jangan biarkan, kekecewaan ditanggapi dengan aktivitas yang tidak memuliakan kita. Jangan pula sampai kekecewaan menyeret kita pada devisit iman dan juga emosi. Semoga Allah menjaga keistiqamahan kita dan menguatkan keikhlasan kita dalam beramal.

-Pak Dwi Budiyanto, penulis buku prophetic learning-
 

readmore »»  

October 26, 2011

Duka palestina, duka kita juga

I’m here for other children
I’m here because I care
I’m here because children everywhere are suffering and because forty thousand people die each day from hunger.
I’m here because those people are mostly children.
We have got to understand that the poor are all around us and we are ignoring them
We have got to understand that this deaths are preventable.
We have got to understand that people in the Third world countries think and care and smile and cry just like us.
We have got to understand that they dreams and we dreams theirs.
We have got to understand that they are us. Wea are them.
My dream is to stop hunger by the year 2000.
My dream is to save the forty thousand people who die each day.
My dream can and will come true if we all look into the future and see the light that shines there

Tulisan diatas adalah sebuah pidato dari gadis kecil berumur 10 tahun berkebangsaan Amerika Serikat bernama Rachel Corrie. Sejak kecil gadis kelahiran 10 April 1979 ini sudah menunjukan jiwa sosialnya. Termasuk dalam pidato diatas. Saat dewasa, Corrie rela cuti dari bangku kuliahnya untuk bergabung dengan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) dan terbang ke Gaza pada akhir januari 2003. Corrie sadar bahwa ketidakadilan ini harus segera dihentikan. Dia mau meninggalkan apapun dan mengorbankan jiwanya untuk menghentikan ketidakadilan, membela hak-hak bangsa Palestina. Sampai pada umur 23 tahun, Corrie berusaha menghentikan buldozer yang dikendarai tentara Israel untuk menghancurkan sebuah rumah warga Palestina. Tapi sungguh tentara Israel yang biadab, angkuh tidak mau menghentikan kendaraannya dan dengan santainya melindas Corrie. Dan Innalillahi....Tubuh Corrie remuk, bersimbah darah. Tubuhnya tidak bisa dikenali kecuali dari jaket orange yang dia pakai pada saat itu. Israel menyebut perbuatan Corrie adalah tindakan bodoh. Sedangkan Amerika serikat, negara kelahiran Corrie, menuduh Corrie sebagai teroris. Alangkah lucunya sandiwara yang mereka buat. Peristiwa meninggalnya Corrie pada hari ahad, 16 maret 2003 di kota Rafah, Palestina ini pun mendapat kecaman dari berbagai pihak dan menjadi berita utama media. Warga Palestina mengenang Corrie dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan di Palestina dan nama kapal pengangkut.
Jika seorang Rachel Corrie yang berkebangsaan Amerika saja mampu mendapatkan hati rakyat Palestina, Jika mimpi dari seorang anak kecil mampu mengantarkannya menuju masa dewasanya sebagai pemberani, penegak kemanusiaan, Jika masa pada saat itu adalah masa dimana dia tumbuh menjadi gadis dan menikmati bangku kuliah, maka Corrie memilih untuk maju. Maju demi kehidupan orang lain, kebebasan negara lain. Karena ia peduli, ia merasakan ada yang salah dan harus dibela. Lantas, apa yang sudah kita berikan untuk Palestina ini kawan….? Untuk saudara kita yang sedang kelaparan, untuk saudara kita yang senantiasa dihantui perang, untuk saudara kita yang tiap hari harus berjuang dari senjata dan siksaan Israel... Ya Rabb, Kuatkanlah kami, tetapkan iman ini, agar kami mampu melawan nafsu kami. Agar kami mampu melawan zionisme dari bangsa Israel. Agar kami mampu melawan kekerdilan dalam diri kami. Agar kami dapat berperan serta dalam kemenangan bangsa ini. Agar cukup sampai disini saja lukamu, Palestina...
Teruntuk adik-adikku, beranilah bermimpi. Maka mimpimu itu akan membawamu menuju kenyataan.
Rindu padamu, Palestina
26 Oktober 2011@ Pare
readmore »»  

October 25, 2011

Stay the same



Don't you ever wish you were someone else,
You were meant to be the way you are exactly.
Don't you ever say you don't like the way you are.
When you learn to love yourself, you¹re better off by far.
And I hope you always stay the same,
cause there’s nothing about you I would change.
I think that you could be whatever you wanted to be,
If you could realize, all the dreams you have inside.
Don't be afraid if you've got something to say,
Just open up your heart and let it show you the way.
Believe in yourself. Reach down inside. The love you find will set you free.
Believe in yourself, you will come alive. Have faith in what you do. You'll make it through.
(stay the same by Joey Mcintyre)
            Mendengarkan, menyimak, dan memaknai maksud dari lagu lama ini ternyata memberikan motivasi tersendiri bagiku. Lagu yang diputar di kelas grammer speaking tadi pagi. Sebuah pembenaran terhadap apa yang sedang kulakukan dan kalian saat ini, masa transisi, begitulah aku menyebutnya. Meski kegalauan menerpa, jangan mengkambinghitamkan galau sehingga kita bertindak tidak seperti biasanya. Merasa bebas karena sudah tidak menjadi pengurus lembaga dakwah kampus (baca :JMMI), tidak mengikuti kajian, menghilang dari aktivitas dakwah kampus, meninggalkan amanah dengan banyak PR, dan tidak mengikuti halaqah. Na’uzdubillah. Idealisme seorang mahasiswa memang dipupuk saat di kampus. Tapi setelah keluar dan menerima kenyataan bahwa kita telah berada di dunia pasca kampus jangan sampai semua dilepaskan begitu saja. Hanya berganti aktivitas dari yang sebelumnya karena lingkungan yang berbeda. Nama Aktivis Dakwah Kampus bisa saja berganti dengan Aktivis Dakwah Profesional, Kampung, Sekolah, dan lain-lain tergantung dimana kita berada. Sebuah judul atau prinsip yang memang harus kita pegang teguh dimana pun kita berada.
            Di luar sini (pasca kampus, red) aku dihadapkan banyak sekali pilihan. Keterampilan memilih pilihan yang tepat sesuai dengan hati, kemampuan, kondisi kita dan bertanya pada orang yang tepat akan menghaasilkan pilihan terbaik. Pilihan kita akan menjadi titik-titik perjalanan hidup yang akhirnya menghasilkan garis mimpi seperti yang kita inginkan, meski tidak semua titik-titik tersebut secara sengaja kita buat. Apapun itu, tetaplah berbuat, bertindak, jangan diam tanpa karya, jangan menunggu sesuatu tanpa kemanfaatan. Jika pilihan kita bekerja di sebuah industri ataupun perusahaan, maka itulah titik yang sudah kita putuskan. Jika pilihan kita adalah meneruskan studi ke jenjang selanjutnya, maka lakukanlah karena itu titik yang harus kau lewati untuk menggapai mimpimu. Jika kau ingin membuat NGO (Non Goverment Organization), membuat bisnis sendiri, mengajar, menikah, ke luar negeri, dan berbagai hal, itu adalah pilihanmu. Meminta nasihat untuk mengambil sebuah keputusan tidaklah suatu hal yang salah, karena itu kau dapat memperteguh pilihanmu.
Saat ini, aku teringat dengan perkataanku saat kita syuro di Barat Utara Masjid Manarul Ilmi. Pagi itu, ban motorku bocor sehingga aku hadir sangat telat dalam syuro PH KSD 1011 bersama AHWA 22, calon PH 1112. Namun, aku sempat bertanya pada kalian bisakah kalian seperti para panglima perang dalam perang Mu’tah?Siapa saja penglima perang itu? Salah satu pertanyaan untuk kelulusan marhalah 2. Tsiqohlah pada pemimpin yang baru dan menerimanya dengan ketulusan hati. Begitulah sejarah, senantiasa mengurai benang-benang kusut dengan berbagai hikmahnya. Hingga aku berucap akan menuliskan nama-nama kalian dalam sebuah buku sejarah kita bersama. Setahun Penuh Makna bersama KSD, Kabinet Sinergisitas Dakwah. PH KSD 1011 : akh Refi, muhammad, amir, kadiq, novan, asalil, agus, yusuf, Ukh nourma, azizah, nailis, memik, dhek immash, dan luim. Serta AHWA 22 : dhek immash, nuris, nani, ella, isti, ummu, lina, dhea, selly, u’ul, ainun, dhek ikhsan, ihsan, agil, septian, kukuh, bayu, masduki, aris, erik. Para Middle, ka/kopitim: Ayyu, nailil, Millah, nikmah, retno, Lia, Lilik, Nourma, Fira, Ali, Mu’iz, dan semua pihak yang tidak disebut kalian tetap menjadi pelaku sejarah KSD 1011.
            Menghargai segala kekurangan maupun kelebihan diri tentu akan lebih baik bagi kita daripada melihat kekurangan dan kelebihan orang lain. Menjadi diri sendiri dengan keunikan masing-masing akan membuat kita berharga. Teruntuk para AHWA 22, aku bangga dengan kalian. Buatlah titik-titik selanjutnya yang akan mengantarkan lembaga sebesar JMMI menjadi kampus madani. Kalian berbeda dengan kami, memiliki keunikan tersendiri tentu saja akan menghasilkan perubahan yang lebih baik daripada kami. Teruntuk PH KSD 1011 khususnya, tetaplah menjadi aktivis dakwah dimanapun kita berada, tetaplah dalam ikatan iman ini. Stay the same Sis and Bro... cause there’s nothing about you I would change. (Iq)
18 Oktober 2011 pukul 22.30 @Pare
readmore »»  

October 07, 2011

Madrasah Nizhamiah dan lulusan terbaiknya



Euphoria kelulusan kampus perjuangan baru saja berlangsung dua pekan kemarin. Arak-arakan dengan kendaraan bermotor yang mengaung-aung, kereta kelinci yang berpanjang-panjangan memenuhi jalanan, dan yel-yel dari tiap jurusan mengiringi wisudawan dan wisudawati ITS mengelilingi kampus. Senyum sumringah dari para wisudawan terpaancar di seluruh penjuru kampus. Kelulusan yang penuh perjuangan, pikir kami.
Pendidikan telah mengubah martabat seseorang menjadi lebih tinggi. Gelar yang mengekor di belakang nama setelah prosesi wisuda, dapat mempertinggi status sosial seseorang. Selain itu, dapat mempermudah mereka untuk menuju gerbang selanjutnya, bekerja atau melanjutkan studi berikutnya. Begitu besar peran pendidikan dalam mencetak para mahasiswa sebagai agen perubahan (agen of change), pribadi yang tangguh dan berakhlak mulia (iron stock), penjaga nilai-nilai di masyarakat (guardian value).
Begitu pula peran dari Madrasah nizamiah, sebuah madrasah yang didirikan di era imperium saljuk tahun 459 H (1067 M) oleh Nizhamul Mulk di Baghdad, merupakan model pendidikan bagi perguruan tinggi di kemudian hari, termasuk saat ini. Madrasah ini melahirkan para pakar dan cendekiawan muslim di zamannya dan menetralisir perang pemikiran yang digencarkan oleh kaum syiah. Karena berafiliasi ke madzab syafi’i, Nizhamul mulk merumuskan kurikulum dan metodologi pengajaran sesuai syariat islam baik secara ushul (kaidah fiqih) dan furu‘ (permasalahan fiqh) yang mudah dicerna oleh khalayak umum. Sedangkan aliran akidahnya berkiblat pada paham abu Hasan Al-Asyari‘. Target menciptakan iklim ubudiah terhadap Allah SWT, mencetak manusia yang handal, iklim keilmuan yang kondusif, dan mempersiapkan kader-kader yang profesional ditempuh dengan pemilihan tempat yang strategis dan tenaga pengajar yang profesional.
Madrasah Nizhamiah menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia. Misalnya dalam hal masa studi, berlangsung selama 4 tahun. Adanya tingkatan atau strata bagi tenaga pengajar seperti guru, asisten, guru besar juga mengilhami perguruan tinggi saat ini. Pendaftaran, kelulusan dan ijazah juga diatur pula dan menjadi referansi pendidikan sekarang.
Al Ghazali, guru besar madrasah nizhamiah, mampu menampilkan argumentasi ilmiah dan gagasan yang cerdas. Melalui pemikiran ghazali, lembaga pendidikan, masyarakat, dan negara bersinergi melahirkan satu peradaban. Sebagaimana lembaga pendidikan Nizamiah dalam membabat pemikiran serta kekuatan syiah Bathiniah. Sebagai seorang pembaharu sekaligus hujjatul islam, al ghazali melakukan perbaikan (ishlah) secara internal saat perang salib berkobar. Meski ia tidak secara langsung terjun ke medan pertempuran, namun kontribusinya dalam perang tersebut sangatlah besar. Pada saat itu, kondisi moral dan keilmuan islam sangat parah. Seruan jihad tidak banyak mendapatkan sambutan. Karena itulah, Ia berusaha menyembuhkan penyakit ummat yang mendasar, hawa nafsu. Hal ini jelas bahwa jihad yang dilakukan oleh Gazhali adalah jihad bil ilmi. Caranya dengan mengajarkan keilmuan yang benar. Memperbaiki hati manusia haruslah dengan ilmu dan pendidikan yang benar. Paham-paham yang merusak iman harus dihadapi dengan serius.
Nizhamiah dengan kepemimpinan al Gazhali melahirkan lulusan-lulusan terbaiknya. Sebut saja Nuruddin zanki dan Shalahudin Al Ayyubi (1137 -1193 M). Mereka pejuang islam yang menggelorakan semangat jihad dan membebaskan palestina dari cengkeraman tentara salib dalam perang panjang dan amat dahsyat, perang salib.
Nah, sekarang manakah perguruan tinggi terbaik itu? Apakah kita sudah menjadi lulusan terbaiknya? Wallahu a’lam semoga kita menjadi pribadi yang unggul, senantiasa melakukan perbaikan umat, menyebarkan pemikiran dan ilmu kita sehingga kita menjadi lulusan terbaik Nizhamiah di masa sekarang!

@hawari
readmore »»  

September 18, 2011

Suatu saat nanti

Suatu saat nanti
Di suatu saat nanti ketika ku tak bisa berjalan menghadiri majelis ilmu, Maka biarlah tulisanku yang berjalan mewakilinya Di suatu saat nanti ketika suara ku tak lagi keluar, Maka biarlah tulisanku yang berbicara Di suatu saat nanti ketika pendengaranku tak lagi mendengar tanyamu, Maka biarlah tulisanku yang menjawab Di suatu saat nanti ketika mataku tertutup, Maka biarlah tulisanku memperlihatkanmu sedikit akan hikmah hidup Karna itu, aku ingin menulis, aku ingin berbagi walau sedikit, sangat sedikit saja.. Perjalananku memang tak semanis yang lain Perjuanganku juga tak sehebat yang lain Pengorbananku juga tak seberapa Kau pun tahu aku tak punya apa-apa Hanya masa lalu, masa yang telah terlewati adalah kekayaanku, Siapapun yang menjelajahinya, maka kekayaanku tidaklah berkurang Biarlah kau berbicara sesukamu Tapi di setiap episodeku, kejutan dahsyatNya membuatku tersungkur dalam sujud panjang Biarkanlah ku tetap menulis agar kejutan dahsyatNya juga kau rasakan..
14 september 2011@hawari
readmore »»  

Sipo, my other nickname


Bismillah

Sipo, begitulah sobat-sobatku semasa SMP memberikan ‘nickname’ kepadaku. Kami yang beranggotakan 6 siswa kelas 2A SLTP 2 Porong : mbk eka, mb nuril, mb caca, mb cicik, dewi, dan aku dipertemukan di kelas unggulan. Masa SMP adalah masa nge-gengster bersama teman-teman. Pun ada kelompok lain selain kami di kelas. Namun kami tetap kompak mengukir prestasi di kelas unggulan ini, di sekolah ini.

Bermula dari hobby kami melihat kartun Jepang, kami memberi nama kecil pada tiap anggota kelompok. Entah dari siapa ide ini bermula, sejumlah film kartun semasa itu kami sebutkan. Detective Conan, Inuyasha, Doraemon, pikachu, dll. Dan tersebutlah..nama kecil kami : Eka Sinichi, iim sipo, dewi dora, nuril pikachu, dll (aku lupa siapa saja, he..).

Kenapa sipo? Padahal aku lebih suka dengan kikyo..? Karakternya hampir sama denganku, pendiam, cuek, tapi sebenarnya perasa banget, perhatian, cerdas dan tidak tega. Selain itu kikyo juga seorang tabib dan aku dulu (SMP, adm) aktif di PMR. Protes dariku pun bergulir, anggota tertua dari kami mulai angkat bicara.
Eka :“Iya im..sampeyan itu memang mirip kikyo, mirip dah, tapi..“
Caca, yang paling besar (berat badannya, hehe) : “Tapi mbak, sampeyan itu suka ngerjain kita. Nakal, g mau dengerin, tapi nggemesin,..kadang-kadang..”
Aku : “Lha, iya kan..kadang-kadang, hanya kadang-kadang, tidak sering jailnya..”
Nuril, sepupu jauhku : “Hemm, iya. Masak mbk iim jadi cowok? Sipo kan srigala cowok?”
Cicik, yang paling kecil diantara kami : “Tapi kedengarannya lebih enak sipo tinimbang kikyo, sipo aj mbak..”
Dewi, si rambut keriting : “Iya, lebih lucu..”
Aku :"(cemberut)..??
Eka : “Wes, semua sudah sepakat. Iim = sipo. Kikyo itu im, menyimpan dendam pada inuyasha. Aku gak ingin iim dendam pada siapa pun. Oke..?
Aku : "Hoh, Dasar kalian,,,!

Satu SMA, di kota yang sama dengan SMP, di kelas unggulan 10-1, ..
“Po, ntar istirahat bareng yuk..“, suara dari mbak Eka yang kembali bersama di SMA meski tak 1 kelas lagi. Di SMAN 1 Porong ini aku bersama mbak nuril, mbak eka, dan mbak caca. Sebutan mbak kepada mereka kulakukan karena mereka lebih tua setahun dariku. Kecuali kepada mbak nuril, meski dia lebih muda dariku, kebiasaan panggilan mbak di lingkungan keluarga kami membudaya dan terbawa ke kami pula.
“Po..?Siapa itu Po?“ Eka Nurmala, yang selanjutnya menjadi soulmate ku di SMA (dan sampai sekarang, ^^)
“Oalah, panggilan SMP tho?lucu, sipo...“, sahutnya setelah ku beritahu.
Meskipun mulai kelas 2 tidak lagi 1 kelas, aku dan mbk eka tetap bersahabat baik dan dia juga memanggilku dengan sipo (terkadang)..

Masa kuliah di kimia ITS, ajang PMLDK di UB, semester 4 (kalau tidak salah), Cerita Al Ghazali yang membuat madrasah Nidzamiah, madrasah pertama umat islam...dan saat tiba perang salib, sang murid, shalahudin al ayyubi atau dikenal juga saladin, mampu membebaskan baitul maqdis.
Al ghazali dengan keluhuran ilmunya mampu membina murid-muridnya dan al ayyubi adalah prodak dari pendidikan di madrasah tersebut.
Shalahudin al ayyubi atau kalau orang jawa bilang solahudin al ayyubi, dan ku kaitkan dengan sipo. Akhirnya aku menemukan singkatan yang pas. SIPO = generaSI Penerus sOlahudin al ayyubi, dengan imbuhan yasha yang berarti ‘Baik‘, maka akupun mulai bangga akan sipo pemberian sahabat-sahabat SMPku. Berawal dari cemberut, kini mulai me-manage kecemberutan dengan senyum. Jazakumullah...
Sipo..generasi penerus solahudin al ayyubi..
Pembebas negeri palestina...
Sipo yang kini, harus berjuang selayaknya al ayyubi
Jiwa yang rindu ilahi, haus akan ilmuNya..
Al ayyubi tak pernah menyerah
Al ayyubi tak membiarkan malamnya sepi begitu saja
14 September 2011@hawari
readmore »»